Rabu, 31 Oktober 2012

MANFAAT KOPI BAGI KESEHATAN


http://serbatani.blogspot.com/
Manfaat Kopi bagi Kesehatan :
Kopi adalah minuman yang sangat digemari oleh umat manusia terutama kaum lelaki yang ternyata mempunyai manfaat yang cukup banyak bagi kesehatan. Hampir semua orang didunia mengenalnya, untuk mengawali hari dalam bekerja biasanya tidak lengkap rasanya tanpa secangkir kopi hangat yang nikmat. Kebiasaan minum kopi ternyata banyak digemari oleh manusia. Dari pekerja kantoran hingga pekerja bangunan, pedagang, petani, guru, bahkan presiden pasti pernah meminumnya dan Andapun juga.

  1. Menurunkan risiko kanker payudara
    Menjelang masa menopause, wanita yang mengonsumsi 4 cangkir kopi sehari mengalami penurunan risiko kanker payudara sebesar 38 persen, demikian menurut sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Nutrition. Kopi melepaskan phytoestrogen dan flavonoid yang dapat menahan pertumbuhan tumor. Namun konsumsi kurang dari 4 cangkir tidak akan mendapatkan manfaat ini.
  2. Melindungi kulit
    Konsumsi 2-5 cangkir kopi setiap hari dapat membantu menurunkan risiko kanker kulit nonmelanoma hingga 17 persen. Kafein dapat memacu kulit untuk membunuh sel-sel prakanker, dan juga menghentikan pertumbuhan tumor.
  3. Melindungi gigi
    Kopi yang mengandung kaein memiliki kemampuan antibakteri dan antilengket, sehingga dapat menjaga bakteri penyebab lubang menggerogoti lapisan gigi. Minum kopi secangkir setiap hari terbukti dapat mencegah risiko kanker mulut hingga separuhnya. Senyawa yang ditemukan di dalam kopi juga dapat membatasi pertumbuhan sel kanker dan kerusakan DNA.
  4. Membantu proses pembakaran lemak
    Para peneliti dari Australian Institute of Sport, seperti disebutkan dalam Good Health, menemukan bahwa satu cangkir kopi dapat memicu otot untuk menggunakan lemak sebagai sumber energi, ketimbang karbohidrat. Fakta lain, menurut Dr. Michael Colgan, penulis Optimum Sports Nutrition, seperti dirilis Live Strong, pembakaran lemak dapat meningkat hingga 100 persen bila mengonsumsi kafein sebelum olahraga.
  5. Mencegah diabetes
    Orang yang mengonsumsi 3-4 cangkir kopi reguler atau kopi decaf (dengan kadar kafein yang dikurangi) akan menurunkan risiko mengembangkan diabetes tipe II hingga 30 persen. Asam klorogenik dapat membantu mencegah resistensi insulin, yang merupakan pertanda adanya penyakit ini.
  6. Meningkatkan kekuatan otak
    Minum kopi secara teratur juga dapat membantu mengurangi risiko demensia dan Alzheimer, sama halnya seperti Parkinson. Antioksidan yang terkandung di dalam kopi menangkal kerusakan sel otak dan membantu jaringan saraf untuk bekerja lebih maksimal sehingga otak bekerja lebih baik.
  7. Melindungi jantung dan mencegah stroke
    Kopi memiliki kandungan antioksidan yang tinggi yang dapat membantu menahan efek buruk peradangan pada arteri. Dan para peminum kopi hitam sebanyak 1-2 gelas perhari memiliki risiko stroke yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak minum kopi.
  8. Mencegah penyakit saraf
    Peminum kopi berkafein cenderung tidak akan mengembangkan penyakit Alzheimer dan Parkinson. Kandungan antioksidan di dalam kopi akan mencegah kerusakan sel yang dihubungkan dengan Parkinson. Sedangkan kafein akan menghambat peradangan di dalam otak, yang kerap dikaitkan dengan Alzheimer.
  9. Menjaga kesehatan hati
    Berdasarkan pada satu analisa dari sembilan buah penelitian menemukan bahwa kopi bisa menurunkan risiko kanker hati sebanyak 43%.
  10. Membuat daya tahan lebih baik
    Para peneliti juga menjumpai bahwa pesepeda yang dibolehkan menyesap kopi saat sedang mengayuh sepeda, mampu berjalan lebih jauh ketimbang yang hanya minum air. Penelitian dari Inggris menunjukkan bahwa kafein dapat meningkatkan daya tahan dan kekuatan otot kaki.
  11. Mencegah batu empedu
    Batu empedu tumbuh ketika lendir di dalam kantong empedu memerangkap kristal-kristal kolesterol. Xanthine, yang ditemukan di dalam kafein, akan mengurangi lendir dan risiko penyimpanannya. Dua cangkir kopi atau lebih setiap hari akan membantu proses ini.
  12. Membantu menghilangkan sakit kepala
    Penelitian membuktikan, 200 miligram kafein dapat membantu menghilangkan sakit kepala, termasuk migrain.

MANFAAT BUAH MENGKUDU UNTUK KESEHATAN


Khasiat Mengkudu Untuk Kesehatan
http://serbatani.blogspot.com/
Mengkudu atau Morinda Citrifolia merupakan salah satu buah yang berasal dari Indonesia
Buah mengkudu memiliki rasa dan bau yang kurang enak, namun manfaat dari buah mengkudu lebih besar pengaruhnya dan karena itulah kebanyakan dari orang yang mengkonsumsinya diolah menjadi sebuah jus segar dan nikmat.

Manfaat Mengkudu :
  1. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh kita karena kaya akan anitoksidan alami.
  2. Membantu mencegah akan menyebarnya sel – sel kanker.
  3. Mampu mencegah tumor.
  4. Membantu mengobati sakit perut, batuk dan juga demam.
  5. Sebagai obat pereda rasa nyeri.
  6. Merupakan salah satu zat anti bakteri.
  7. Membantu menormalkan tekanan darah.
  8. Sebagai zat anti peradangan dan anti alergi.
  9. Membantu mengatur fungsi sel – sel dalam tubuh.
  10. Membantu regenerasi sel – sel jaringan tubuh yang rusak.
Itulah beberapa manfaat dari buah mengkudu yang bisa kita dapatkan. Di balik bentuknya yang jelek dan kurang bagus terdapat berjuta manfaat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita.

SISTEM PENGELOLAAN PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN DENGAN METODA SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)


SISTEM PENGELOLAAN PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN
DENGAN METODA SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)
http://serbatani.blogspot.com/
Istilah yang dikemukakan sebagai sistem menanam padi secara intensif  ini sebenarnya kurang tepat karena dalam prakteknya justru mengubah secara mendasar cara menanam padi selama ini yang memacu peningkatan input eksternal seperti penggunaan air, pupuk, insektisida dan bahan kimia lainnya menjadi suatu cara menanam padi yang lebih seksama atau telaten dengan menumbuhkan sistem perakaran secara maksimal, meningkatkan jumlah dan keberagaman organisme dalam tanah, serta mengurangi penggunaan air dan biaya produksi.

Cara ini mengubah paradigma pengelolaan tanah yang awalnya hanya sebagai media tanam menjadi pengelolaan tanah sebagai bioreaktor yang merupakan pabrik hara bagi tanaman dengan para pekerjanya organisme yang beragam di dalam tanah. Dengan perubahan yang sangat mendasar ini sekalipun hampir semua input eksternal dikurangi bahkan dihilangkan justru memberikan hasil yang lebih baik, dalam arti lebih produktif (tanaman lebih tinggi, anakan lebih banyak, malai lebih panjang dan bulir lebih berat/banyak), lebih sehat (tanaman lebih tahan hama dan penyakit), lebih kuat (tanaman lebih tegar, lebih tahan kekeringan dan tekanan abiotik), lebih menguntungkan (biaya produksi lebih rendah), dan memberikan resiko ekonomi yang lebih rendah.
Sungguh sulit untuk dipercaya, namun tidak demikian bagi para petani dari beberapa Kelompok Studi Petani (KSP), misalnya  KSP Berkah Famli Lakbok Ciamis yang telah mempraktekkannya memasuki tahun ke-5. Mereka datang ke DPR-RI Komisi 4 di Jakarta tanggal 14 Februari 2006 yang lalu, untuk mengungkapkan rasa syukurnya sekaligus menyampaikan pengalaman serta harapannya agar rekan-rekan petani lainnya dapat berkesempatan melakukan apa yang mereka tengah lakukan di sawahnya. Mereka merupakan bagian dari 5000 petani lebih yang telah mempelajari dan mempraktekkan SRI di lebih 1200 ha sawah di berbagai tempat di Jawa Barat.
Dengan cara SRI sawah tidak digenangi air karena memang padi bukanlah tanaman air, cukup dengan tanah dalam kondisi lembab/macak-macak. Tetapi karena mengandung kompos yang cukup sehingga tanah mempunyai kemampuan untuk mengikat air yang banyak selain menyisakan ruang untuk udara, mikroorganisme, dan pertumbuhan akar. Kebutuhan air untuk sistem ini hanya setengah dari cara konvensional, serta membuka peluang penerapan teknik baru untuk pemenuhannya baik berupa penyiraman maupun pengaturan lainnya.
Bibit padi ditanam tunggal secara satu persatu dengan umur pesemaian 5-7 hari. Bibit padi yang masih memiliki keping biji ini ditanam dangkal dengan akarnya diletakkan mendatar/leter L sehingga memudahkan tumbuhnya ruas, akar dan anakan. Dengan demikian semaian tidak memerlukan bibit padi yang banyak, cukup dengan 3-5 kg untuk 1 hektar sawah yang semula memerlukan 30 kg bibit, dan pembibitan dapat dilakukan dalam besek bambu atau pipiti /nampan/alas plastik untuk areal yang lebih luas sehingga memudahkan dalam pemindahannya.
Karena penanaman tunggal para pemula seringkali areup-arepeun menunggu tumbuhnya tanaman dan munculnya anakan. Setelah sebulan berlalu baru mereka bisa melihat bahwa dengan cara SRI akar dan anakan tumbuh lebih kuat dan lebih banyak dari pada bibit yang ditanam tua dan banyak. Jarak tanam bibitpun cukup lebar,  ada yang 30×30 cm, 40x40cm, bahkan ada yang 50x50cm. Jarak tanam yang renggang ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan anakan dan sangat memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanah, selain terhindar dari persaingan nutrisi, energi dan aktivitas perakaran.
Penyiangan atau ngarambet merupakan faktor yang sangat penting, fungsinya bukan saja untuk menghilangkan gulma tetapi juga untuk memasukkan udara ke dalam tanah. Pada cara SRI penyiangan dilakukan paling sedikit empat kali dari yang biasanya hanya dua kali pada cara konvensional. Sekali saja penyiangan tidak dilakukan bisa menurunkan produksi padi sekitar 1 ton/ha. Dengan tanah yang berkompos dan beberapa jam sebelumnya air di sawah dinaikkan maka pada saat penyiangan rumput yang tumbuh dapat dicabut/disiang dengan mudah. Untuk maksud ini alat penyiangan dengan menggunakan seperangkat alat yang berputar dapat dikembangkan.
Cara SRI dapat menekan gangguan hama yang sering terjadi secara berarti tanpa harus menggunakan bahan kimia anti hama/pestisida sintetis. Banyak jenis serangga yang hidup bersama dengan tumbuhnya tanaman padi, namun mereka tidak sempat menjadi hama (merusak dan merugikan) karena dengan cara SRI kondisi rimbunnya rumpun padi tidak memberi cukup waktu kepada serangga untuk berkembangbiak. Serangan keongpun dapat ditekan karena tanah terhindar dari genangan.
Menanam padi dengan cara SRI dapat meningkatkan produktivitas secara nyata. Ujicoba petani di beberapa daerah misalnya di Ciamis, Garut, Tasik memberikan hasil berturut-turut mulai dari 9,4 ton/ha, 11 ton/ha, 11,2 ton/ha, bahkan terakhir ada yang mencapai 12,5 ton/ha, tentunya pada luasan yang masih sangat terbatas. Demikian juga ujicoba pemula di Cianjur, Bekasi, Sukabumi, Bandung selalu diatas 8 ton/ha sekalipun dalam penerapan keseksamaannya masih jauh dari sempurna.  Cara SRI juga meningkatkan kualitas bulir padi yang dihasilkan. Produk beras kepalanya meningkat 17%, rasanya lebih pulen, dan lebih tahan.
Penggunaan jumlah dan mutu kompos sangat menentukan, sementara kebiasaan petani untuk membuat kompos sudah lama tergusur oleh kebiasaan membeli pupuk, bahkan ada anggapan seolah-olah kandungan kompos harus seperti pupuk buatan. Sebenarnya para petani dapat menyiapkan komposnya sendiri dengan memanfaatkan waktu luangnya sehari-hari. Bahan kompos yang diperlukan bisa berasal dari sampah organik yang sudah terpisah bersih dari sampah non-organik, atau dari produksi biomasa setempat seperti dari tanaman kirinyuh, batang pisang, dan lain-lain. Satu hektar sawah biasanya menyisakan sekitar 8 ton jerami dan 3 ton sekam, serta memerlukan tambahan biomassa sekitar 5-7 ton lagi. Bahan-bahan kompos dapat ditumpuk di atas permukaan tanah, disiram rutin dengan campuran Mikroorganisme Lokal (MOL) yang berasal dari buangan dapur atau dari kandang ternak serta dikembangkan sendiri dari bahan-bahan tertentu yang berada di masing-masing daerah misalnya Cairan Nasi yang disimpan pada sersah bambu, MOL caian keong mas yang difermentasi sehingga terjadi proses pengomposan secara aerobik.
Kompos tidak hanya untuk menggantikan pupuk, melainkan untuk membentuk struktur tanah sehingga bisa berfungsi sebagai bioreaktor, yang dengan peran mikrorganismenya bisa mengubah mineral terlarut dalam air dengan udara menjadi sumber hara untuk tanaman. Penggunaan kompos dalam cara SRI meningkatkan populasi mikroorganisme (Azospirillum, Azotobacter, Phosphobacteria, dll) dalam rhizosphere  secara berlipat dibandingkan dengan cara konvensional.
Lebih lanjut dapat dikemukakan pada cara konvensional populasi Azospirillum dalam akar hanya 65 ribu/mg memberikan 20 anakan dan hasilan 2 ton/ha, sementara dengan cara SRI yang menggunakan kompos populasi Azospirillum menjadi 1,5 juta/mg memberikan 80 anakan dan hasilan diatas 10 ton/ha. Adapun penggunaan pupuk NPK pada cara SRI justru menurunkan populasi Azospirillum dalam akar menjadi kurang dari 0,5 juta/mg sekalipun masih memberikan 70 anakan dan hasilan maksimum 9 ton/ha.
Demikianlah cara SRI dapat meningkatkan produksi padi secara sangat berarti sehingga memungkinkan baik petani produsen maupun petani konsumen diuntungkan. Dengan tingginya produksi harga beras di pasaran dapat turun sehingga terbeli oleh petani konsumen, sementara petani produsen masih dapat menikmati kenaikan pendapatannya karena jumlah yang dijualnya di pasar lebih banyak.
Praktek pertanian yang tidak berkelanjutan menganggap tanah sebagai mesin produksi dan tidak memperlakukan tanah sebagai sistem yang hidup serta mengabaikan fungsi dan peranan air  juga bahan organik tanah. Disamping itu, upaya peningkatan produksi dan takut kehilangan hasil sekecil apapun, membuat pelaku pertanian seolah sebagai penguasa lingkungan. Tiga kondisi yang merupakan ongkos mahal yang harus dibayar sebagai akibat sistem pertanian yang dikembangkan selama 50 tahun terakhir adalah : kerapuhan alam pertanian, kerapuhan pangan dan bertani yang terjajah.
Sejalan dengan gagasan dan kondisi saat ini serta akibat yang telah ditimbulkan, maka  budi daya model SRI adalah salah satu cara yang dapat ditawarkan dan dilakukan sebagai upaya perbaikan pada lahan /agro-ekosistem serta prilaku uahatani , SRI diartikan salah satu upaya budi daya padi seksama dengan management perakaran, yang berbasis pada pengelolaan tanah , tanaman dan air dengan mengutamakan berjalannya aliran energi dan siklus nutirisi untuk memperkuat suatu kesatuan agro-ekosistem.
Budi daya model SRI merupakan sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup berkualitas dan berkelanjutan, sehubungan dengan hal itu  maka model pertanian SRI ini adalah salah satu pilihan untuk dibangun dan dikembangkan, karena penggunaan air yang hemat merupakan salah satu langkah dalam mengantisipasi krisis air.
Tantangan pada pengembangan SRI Sejalan dengan berkembangnya penerapan SRI di lapangan dan minatnya para petani, terutama dalam pelaksanaan penggunaan pupuk organik maka muncul beberapa masalah  diantaranya :
- Ketersediaan Bahan Organik baik dari biomassa atau yang bersumber dari limbah ternak masih sangat tebatas
- Pembuatan kompos di sebagian besar masyarakat masih dilakukan secara manual sehingga memerlukan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama
- Membiasakan membuang dan membakar sumber bahan organik ( Jerami dan limbah organik lainnya) , telah menjadi budaya
- Petugas dan petani yang memahami dan terampil dalam penguasaan teknis Ekologi Tanah dan SRI jumlahnya  masih sangat terbatas
Dalam Pengembangannya model Usahatani dengan metoda SRI diikuti dengan pengembangan ternak, penyediaan alat pengolah organik (Chooper) dan pembelajaran.
Peluang Pengembangan SRI
1. Pangan
SRI salah satu cara dalam  mengoptimalkan potensi tanaman; kemampuan tanah, fungsi air, juga teknik budidaya menjadi satu rangkaian sistem yang akan memberikan produktivitas lahan lebih baik, pertumbuhan yang normal pada masing-masing biomassa tanaman sangat berpengaruh pada struktur tanaman, apalagi didukung oleh fungsi tanah sebagai sebuah pabrik yang terus bekerja /bioreaktor. sehingga produksi SRI telah didapatkan hasil yang meningkat 32 % bahkan 2 kali lipat dari cara biasa (konvensional). Sehatnya tanah akan memberikan dukungan terhadap normalnya pertumbuhan tanaman yang pada gilirannya akan diperoleh makanan yang sehat, dengan kandungan karbohidrat tinggi, atau zat lainnya serta terhindar dari zat-zat yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia.
2. Pekerjaan
Kegiatan budidaya SRI di beberapa daerah telah membangkitkan semangat berusahatani terutama keterlibatan para petani dalam penyediaan sarana yang digunakan dalam usahanya seperti :  pengadaan bahan organik, pembuatan kompos, pengembangan Mikro Organisme Lokal dan pembuatan pestisida nabati yang  langsung dikerjakan para petani sendiri padahal sebelumnya mereka membeli, pengadaan dan pengembangan ternak untuk memenuhi kebutuhan organik selain penganekaragaman usaha di sektor pertanian, hal ini peluang untuk terus dikembangkan sekaligus membanguan pasar-pasar lokal yang merupakan sumber kekuatan perekonomian di pedasaan.
3. Energi
Pengelolaan agroekosistem pada budidaya metoda SRI mengutamakan potensi alam lebih optimal , aktivitas biota  dalam tanah didukung dengan upaya upaya mengintensifkan pengelolaannya yang diintegrasikan oleh penggunaan air sesuai dengan kebutuhan aktivitas pertanaman dan ekologi tanah. Hal ini akan terjamin dengan kehadiran bahan organik di dalam tanah. Matahari,  air dan unsur lainnya yang dapat dikelola adalah modal sumber energi yang dapat ditingkatkan nilainya dalam mendukung dan memperkuat  budidaya tanam  metoda SRI menjadi lebih efisien dan efektif serta produktif.
4. Budaya
Kegiatan usahatani yang turun temurun adalah kekuatan budaya masyarakat di pedesaan namun demikian beberapa hal yang telah menjadi image/budaya  terkadang memberikan dampak negatif seperti : tanaman padi yang sejak semai sampai panen harus terus digenang,  serangga yang hidup di pandang sebagai hama sehingga terjadi persaingan hidup yang ketat dan akhirnya harus jadi korban dibunuh, maka pestsida menjadi senjata yang ampuh untuk solusi terbaiknya,  beberapa perlakuan terhadap benih yang mau ditanamkan terjadi pengrusakan biomasa, dipersemaian akar dicabut putus, daun di potong, batang diikat, dimasukan keranjang atau karung, ditumpuk sebelum ditanam, dilempar, ditanam banyak, ditanam dalam dan akhirnya di petakan sawah direndam.
SRI melakukan  kebalikan dari apa yang telah dilakukan pada cara konvensional, sehingga dengan melaksankan pola SRI ini diharapkan kondisi tanaman berawal dari benih yang bernas, sehat tanpa ada kerusakan. Sehingga akan didapat sebuah budaya yang mengarah pada norma-norma  saling menguntungkan  dan berkesinambungan tanpa harus saling merusak atau membentuk persaingan yang bersifat merugikan.
5. Lingkungan
Keharmonisan lingkungan di berbagai ekosistem tercipta dari sebuah pemikiran dan tindakan yang dperbuat, pada gilirannya  hidup sehat akan dirasakan di berbagai kehidupan ekosistem serta unsur-unsurnya seperti : tanah sehat akan memberikan kehidupan rumah tangga tanah (ekologi tanah) yang sehat sekaligus akan mendukung produktivitas lahan lebih tinggi, rumah tangga tanah yang sehat sebagai jaminan terjadinya daur aliran energi dan siklus nutrisi yang lebih mapan sehingga diatas permukaan tanah akan menjamin kedinamisan, struktur jenjang hirarkis, dan interaksi yang saling tergantung satu sama lain di agro-ekosistem.
Sysem Of Rice Inensification dalam pengalamannya  menawarkan sekaligus memberi oleh-oleh, dalam kurun waktu 7 tahun penerapan pengelolaan akar tanaman padi sehat yang mengintegrasikan pengelolaan tanah yang dijadikan sebuah pabrik, pengelolaan tanaman dengan menjaga dan mempertahankan potensi tumbuhnya serta pengelolaan air yang merupakan sumber energi, nutrisi lebih efisien dan efektif.
Sebagai pendukung agar SRI mampu diterapkan para pelaku usahatanai, sebelumnya diutamakan Pembelajaran Ekologi Tanah (PET)  dipahami lebih dulu sebagai sebuah gerbang dalam mengelolan agro-ekosistem, hal ini berdampak pada psikologis pengelola usahatani untuk berhati-hati dalam setiap keputusan untuk mengambil sebuah tindakan sehingga kondisi mahluk-mahluk hidup yang berada disekitarnya tidak lagi mati terbunuh atau hidup merusak dan merugikan.

LAPORAN KULTUR JARINGAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetatif konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi yang berbeda. Penerapan teknik kultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara dalam kondisi yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik

Hal tersebut juga berlaku sama fungsinya dengan media buatan dalam kondisi in vitro/steril, dimana di dalam media buatan fungsi tanah digantikan oleh agar-agar yang berfungsi memadatkan media. Selain itu media buatantersebut juga diperkaya dengan nutrisi berupa unsure-unsur makro, mikro, vitamin, gula danzat pengatur tumbuh yang disesuaikan dengan tujuan pertumbuhan yang diinginkan. Sterilisasi medi a tanaman buatan mutlak dilakukan untuk membebaskan pengaruh merugikan dari kontaminan seperti bakteri, jamur dan virus, bahkan serangga mikro sepertimites (tungau) dan thrips
1.2.        Tujuan dan kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan dan sterilisasinya.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi bagi pembaca khususnya mahasiswa dalam mempelajari kultur jaringan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap (Tribowo, 2008).
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Zulkarnain, 2009).
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya.Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer,hygrometer dan spektrofotometer,dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph” seperti thermograph,barograph ( Moningka, 2008).
Dari uraian tersebut,tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan mengenai kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan (Moningka,2008).
Adapun alat-alat yang dipergunakan pada laboratorium kultur jaringan antara lain :
• Autoklaf
            Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.
• Inkubator (Incubator)
            Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.
• Hot plate stirrer dan Stirrer bar
            Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.
• Biological Safety Cabinet
            Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
• Cawan Petri (Petri Dish)
            Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.
• Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)
            Di dalam kultur jaringan, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi.
• Jarum Inokulum
            Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).
·   Botol Kultur
            Digunakan sebagai botol tempat ditanamnya eksplan.
·    Spirel
Alat yang digunakan untuk menghomogenkan larutan. Berupa alat yang berputar yang dimasukan dalam larutan.
·   Pinset
          Digunakan untuk menjapit eksplan
·    Scalpel
            Digunakan untuk memotong eksplan
·    Timbangan Analitis Digital (00,0000 mg)
            Menimbang bahan dengan kebutuhan < 0,000 mg
·    Kulkas
                        Digunakan sebagai tempat penyimpan bahan-bahan kimia agar lebih tahan lama akibat pengaturan suhunya. Suhu kulkas yang rendah akan mengaurangi terjadinya penguraian dan kerusakan larutan.


BAB III
METODOLOGI
3.1.      Tempat dan Waktu
            Praktikum pengenalan alat dan sterilisasi ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Pusat Kegiatan Penelitian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada Hari Kamis, 14 Maret 2011 pukul 16.00 sampai selsai.
3.2.      Alat dan Bahan
   Alat yang diperkenalkan dalam praktikum ini yaitu botol kultur, cawan petridish, oven, tabung reaksi, autoclave, kompor listrik, incubator, erlenmeyer, rak penyimpanan media, timbangan analitik, pipet micron, pH meter dan laminar air flow. Adapun bahan yang diperkenalkan yaitu label, tissue dan bahan media untuk biakan.
3.3.      Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:
1.    Praktikan mengikuti asisten masuk dalam ruangan.
2.    Asisten menjelaskan alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan
3.    Praktikan mencatat nama alat dan fungsi masing-masing alat tersebut
4.    Memindahkan catatan tersebut pada buku penuntun
5.    Memeriksakan pada asisten


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1      Hasil

No
Nama Alat
Gambar
Fungsi
1
Botol Kultur
http://serbatani.blogspot.com/
Sebagai tempat untuk menkulturkan atau menanam eksplan
2
Wrapping plastik
http://serbatani.blogspot.com/
untuk menutup media atau botol kultur agar tidak terkontaminasi oleh cendawan, terkadang juga digunakan untuk penutup parsel atau buah-buahan.
3
Cawan Petridish
sebagai media perkembangan mikroorganisme
4
Laminar Air Flow
untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV
5
Autoclave
http://serbatani.blogspot.com/
untuk mensterilkan media, baik media agar atau pun media cair. Juga dapat digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang akan digunakan untuk media tanaman.
6
Hotplate
untuk homogen dan juga untuk pemanas. Hot plate juga merupakan alat untuk mencampur dan memasak media kultur.Hot plate digunakan untuk memasak segala macam bahan nutrisi dengan melibatkan pengaduk dan pemanas.
7
Oven
Digunakan untuk sterilisasi botol kultur, gunting, pinset, pisau, dan lain sebagainya yang digunakan dalam kultur jaringan
8
Shaker
mesin pengguncang, yang digunakan dalam proses perbanyakan sel atau pertumbuhan PLB (Protocrm Likes Body) dalam kegiatan kultur jaringan, setelah dilakukan inokulasi eksplan.
9
Pinset
Untuk mengambil eksplan
10
Gelas Ukur
Untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan aquades dalam pembuatan media.
4.2.      Pembahasan
            Botol kultur merupakan tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan. Cara sterilisasinya yaitu dicuci bersih kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan selama 4 jam pada temperatur 160°C. Setelah disterilisasi dapat langsung digunakan. Bila botol akan disimpan untuk beberapa lama maka sewaktu sterilisasi, mulut botol harus ditutup dengan aluminium foil.
            Cawan petridish berfungsi sebagai tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur. Cara sterilisasinya yaitu dicuci bersih kemudian dimasukkan dalam oven tetapi terlebih dahulu dibuingkus dengan kertas.
            Oven berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasikan alat-alat dengan cara memasukkan alat-alat kultur kedalamnya dengan mengatur tekanan dan waktu yang dibutuhkan dalam sterilisasi tersebut.
            Tabung reaksi digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi khloroplas.Cara sterilisasinya yaitu dicuci bersih kemudian dimasukkan dalam oven.
            Autoclave berfungsi untuk mensterilkan bahan atau alat yang pada umumnya terbuat dari logam, plastik, karet, tekstil gelas juga liquid (cairan) dalam keadaan terbungkus maupun tidak. Cara menggunakannya yaitu alat-alat yang digunakan dimasukkan kedalamnya kemudian mengatur tekanan dan waktu yang akan digunakan.
            Kompor listrik untuk pemanas saat memasak media. Alat ini digunakan untuk mengocok media cair sambil dipanasi. Setelah alat ini dihubungkan dengan arus listrik, maka alat ini akan menghomogenkan sekaligus memanaskannya.

Inkubator  berfungsi untuk mensterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Cara menggunakannya yaitu memasukkan alat dan bahan kemudian mengatur tekanannya.
Erlenmeyer berfungsi sebagai tempat untuk memanaskan media yang akan dibuat. Cara menggunakannya yaitu mencuci bersih alat tersebut kemudian memasukkan bahan yang akan dibuat media dan selanjutnya dipanaskan pada kompor listrik.
Rak penyimpanan media berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan botol-botol kultur yang berisi media. Rak ini juga harus selalu dibersihkan agar tetap steril.
Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang nutrisi yang akan diberikan pada media. Timbangan analitik sangat penting dalam kultur jaringan karena memudahkan untuk mengukur nutrisi.
Pipet micron berfungsi untuk mengambil nutrisi yang akan diberikan pada media. Cara menggunakannya yaitu dengan memasukkan alat tersebut ke dalam nutrisi yang akan diambil kemudian mengeluarkannya pada wadah yang berisi media.
pH meter berfungsi untuk mengukur pH suatu media yang dibuat dengan menetralkan alat tersebut kemudian memasukkan ujung alat tersebut pada media yang telah jadi.
Laminar air flow berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasikan media. Penggunaan alat ini sangat penting karena digunakan untuk melakukan pembuatan eksplan dan juga pengambilan tanaman mini yang telah jadi dari hasil kultur jaringan.

BAB V
 PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
            Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa alat-alat tersebut mempunyai fungsi masing-masing.
1.      Botol kultur merupakan tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan.
2.      Cawan petridish berfungsi sebagai tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur.
3.      Oven berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasi alat yang akan digunakan dalam media kultur.
4.      Tabung reaksi digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi khloroplas.