Rabu, 17 Oktober 2012

BUDIDAYA NANAS


Ternyata nanas itu tidak terlalu sulit merawatnya. Kata pak Rochman, seorang petani nanas dari Subang yang saya temui di
 kebunnya, tanah yang gembur dan berhawa panas lebih baik dari pada tanah berbatu seperti tanahnya itu. Hawa yang panas juga
 membuat nanas lebih manis.
Pohon nanas ditanam berbaris rapi seperti padi agar mudah membersihkan rumput yang tumbuh disekitarnya setiap tiga bulan

 sekali. Memupuknya juga setiap tiga bulan sekali sehabis dibersihkan rumputnya itu. Karena nanas dipanen setahun dua kali,
 berarti hanya butuh memberi pupuk dua kali untuk sekali tanam. Pupuk urea dan KCl ditabur langsung ke sekitar batangnya. 20
 Kg pupuk cukup untuk 2.000 batang pohon nanas. Atau satu sendok teh per satu tanamanan.
Pada bulan-bulan pertama, tanaman nanas membutuhkan tanaman pelindung. Untuk pak Rochman tanaman singkong adalah tanaman
 pelindung pilihannya. Alasannya, hasil singkongnya juga bisa dijual.
Setelah pohon nanas berdaun sekitar 20 lembar (pohon nanas berumur + 3 bulan), pohon nanas disiram dengan obat dengan
 takaran 20 mililiter obat untuk 20 liter air. 20 mililiter campuran obat itu disiramkan langsung ke pusat pohon dimana daun
 termuda berada.
Kata pak Rochman, obat itu akan membuat pohon nanas cepat berbuah. Nah ini mestinya rahasia petani.
Tetapi pak Rochman menceritakannya kepada saya sangat rinci. Setelah sekitar satu minggu sebelum nanas dipanen, lagi-lagi
obat itu dimainkan dengan cara (menurut istilah pak Patahilla SP) dipulaskan, maksudnya dioleskan seperti mengecat dengan kuas,
pada buah nanas tersebut. Tentu harus dilakukan satu persatu dengan telaten. Obat inilah yang membuat warna nanas menjadi
kuning sedikit kemerahan ketika kita beli. Jadikalau makan nanas harus dikupas lho ya, kecuali kulit nanas tidak enak, juga
mengandung pestisida.
Bagaimana pemasarannya? Ia tidak menjual sendiri langsung pada pembeli, tetapi nanasnya di borong oleh pedagang. “Cara
menaksir harganya bagaimana pak, tanaman seluas ini, dan nanasnya khan nggak kelihatan”, tanya saya. Jawabnya: ”Itu perlu
pengalaman. Tapi saya sendiri tahu persis berapa kira-kira jumlah buah nanas saya. Khan saya setiap hari keliling
merawatnya”. Selanjutnya: “Kalau pedagang, cukup bertanya berapa banyak saya menggunakan obat, dia langsung bisa menafsir
berapa harga seluruhnya”. Satu hektar lahan bisa ditanami 10.000 batang pohon nanas.
Untuk nanas yang baik, yaitu besar dan sehat (lagi-lagi ini masalah pengalaman), bisa mencapai Rp. 1.800,00 hingga Rp.
2.000,00 per Kg. Nanas yang kurang baik, Rp. 1.000,00 hingga Rp. 1.200,00 per Kg. Nanas yang baik, ia menyebutnya nanas ’
super’, satu biji bisa seberat hingga 3 Kg. Hitung-hitung, sekali panen setengah hektar lahan bisa menghasilkan Rp. 6 juta.
“Itulah sebabnya saya tidak menanam padi seperti orang lain”, katanya dengan bangga. “Sebelum ada orang menanam nanas di
daerah ini, sayalah yang merintisnya. Sekarang sudah ribuan orang menanam nanas”, kata ketua himpunan petani nanas itu.
Dia melanjutkan ceritanya. Pohon nanas yang pohonnya besar, bisa berbuah hingga 6-7 kali. Jadi bisa berumur 3 tahun lebih.
Setelah panenan pertama, daun nanas yang sudah tua dibersihkan dari batangnya, kemudian dibiarkan tumbuh dengan diperlakukan
seperti tanaman baru termasuk membersihkan rumput dan memupuknya. Ketika saya sedang membuat sedikit catatan, pak Patahilla SP
menghilang. Apa yang dilakukan?
Ternyata ia mengambil nanas sebesar kepalanya. Katanya: ”Ini untuk kenang-kenangan bapak”. “Berapa pak harganya”. “Untuk
bapak saja”, katanya mencoba meyakinkan saya. Saya bengong melihat nanas sebesar itu.
Ketika saya pamit setelah mengucapkan terima kasih berkali-kali, ia bilang: ”Saya bersedia datang ke Surabaya untuk membantu
cara menanam nanas. Banyak orang sini yang pergi ke daerah lain untuk mengajar menanam nanas”. “Oh, ya pak, semoga kita
ketemu lagi untuk mebicarakan itu”. Jadi, siapa diantara pembaca yang punya lahan dan ingin ditanami nanas, saya bisa
membantu menghubungi pak Patahilla ini.
“Oh, ya pak, bedanya dengan nanas Palembang apa pak?” “Kalau nanas Palembang, daunnya ada durinya. Nanas Subang daunnya
 tidak berduri”, jelasnya. Saya perhatikan daunnya, memang tidak berduri. Setelah mengucapkan terimakasih sekali lagi, saya
berpamitan.
Tangan kiri dengan sebuah nanas sebesar kepala, tangan kanan dengan tas kecil berisi kamera dan catatan, saya menyusuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar